Banyak orang gagal tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan saat mereka menyerah . T A Edison.

Saturday 18 April 2009

"12 Langkah Sukses Dari Amazon"- Habibie Afsyah


Bagaimana Seorang Pemuda Cacat Berumur 20 Tahun Yang Duduk Dikursi Roda & Tidak Bisa Bahasa Inggris Secara Diam Diam Menghasilkan US$5,600".(...dan, bagaimana Anda Hari Ini bisa mencuri rahasianya sehingga mendapatkan hasil yang sama - atau bahkan hasil yang lebih BESAR)

download




Selengkapnya......

Kemuning


Tatkala DEWO terpaksa menikahi gadis yg dihamilinya pacarnya wulandarai merasa amat risi dan tertekan karena setiap orang di Tawangmangu merasa iba kepadanya. Harga dirinya sangat terluka oleh perhatian berlebihan itu karena sebenarnya dia bukan gadis rapuh yang patut dikasihani- Perlakuan orang orang di sekelilingnya itu. justru membuat Wulan merasa dirinya pecundang, orang yang terkalahkan dan tersingkirkan. Oleh sebab itulah ia tidak sudi menumpahkan air mata hanya untuk menangisi kekasih yang tidak setia.
Tetapi ternyata Wulandari keliru. Menangis itu perlu. Karenanya ketika Eko mampu menyibak konflik yang ada di batinya, tangisnya pun akhirnya tumpah di atas dada laki-laki itu. dann dalam perjalanan waktu, keakraban mereka berkembang menjadi cinta yang tumbuh dengan suburnya. Persamaan kisah, minat. dan cara pandang mematrikan hati mereka berdua.
Namun sayang, Tawangmangu bukanlah Jakarta. Kisah cinta antara Wulandari. anak pemilik perkebunan yang kaya raya, dan Eko, anak salah seorang mandor perkebunan itu sulit diterima oleh keluarga kedua belah pihak maupun oleh komunitas setempat Terlebih karena sistem nilai feodalisme begitu kuatnya dalam hierarki dunia perkebunan dan darah priyayi yg mengalir ditubuh wulandari terlalu kuat

scan by otoy

download





Selengkapnya......

Monday 13 April 2009

Zaman Edan, Indonesia Di Ambang Kekacauan


Buku penuh fakta mengejutkan ini menuturkan kisah reportase wartawan terkemuka Richard Lloyd Parry di Indonesia antara 1996-1999.

Dia meliput dari dekat dan mengalami langsung peristiwa pembantaian etnis dan kanibalisme di Kalimantan pada 1997 dan 1999, demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan massal di Jakarta 1998, serta pembumihangusan Timor Timur oleh milisi dan tentara Indonesia menyusul jajak pendapat yang mengantarkan kemerdekaan negara itu pada 1999.

Ditulis dengan lancar, akrab, dan enak dibaca, buku ini membuka mata kita akan segala peristiwa kelam di negeri ini yang kerap ditutup-tutupi, sekaligus mengajak kita merenungkan kembali makna reformasi setelah 10 tahun rezim Orde Baru tumbang dan memaknai momen 100 tahun kebangkitan nasional.

download




Selengkapnya......

Buku saku korupsi : Memahami Untuk Membasmi


Tahukah anda bahwa menurut data Pacific Economic and Risk Consultancy pada tahun 2005 indonesia ditetapkan menempati urutan pertama negara terkorup di asia!, bukan suatu prestasi yang membanggakan tentunya.

Apa sebenarnya korupsi?, bagaimana & seberapa besar efeknya bagi kerugian keuangan negara?, pasal pasal apa saja yang berkaitan dengan tindak pidana ini?, hingga apa yang sebaiknya anda lakukan apabila anda menemukan suatu tindakan korupsi?, bagaimana cara melaporkannya?

Ebook resmi buatan KPK ini akan menjelaskan semuanya untuk anda, membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat akan betapa buruknya efek yang bisa ditimbulkan oleh sebuah tindakan yang dinamakan KORUPSI!


download



Selengkapnya......

Thursday 2 April 2009

Golput, Realitas Berdemokrasi di Indonesia

Sejarah lahir dan perkembangan Golput

Dalam sejarah kemunculannya, Golput pertama kali merupakan istilah bagi sebuah gerakan yang dengan sadar memilih untuk tidak memilih partai manapun (baca ; coblos), dimana hal tersebut merupakan wajah dari bentuk kekecewaan dan perlawananan atas kebijakan pembatasan jumlah partai politik pada masa rezim orde baru (1971). Saat itu, Arif Budiman dan beberapa cendekiawan muda lainnya, melihat sebuah geliat negatif adanya upaya pemerintah untuk mengontrol sistem perpolitikan didalam negeri yang mengarah pada kepentingan penguasa, kemudian mereka meresponnya dengan satu gerakan protes yang menganjurkan untuk tidak mencoblos tanda gambar partai yang ikut pada pemilu masa itu, dan menggantinya dengan mencoblos bagian kertas yang berwarna putih, hingga orang orang yang melakukan gerakan tersebut kemudian dikenal dengan nama golongan putih atau golput.

Fenomena golput sendiri kembali mencuat menjadi buah bibir perbincangan diantara para pakar politik secara khusus dan khalayak ramai pada umumnya, setelah pada pemilu 2004 mereka secara sistematis keluar sebagai pemenang dengan perolehan suara mencapai 23,3 persen dari total pemilih terdaftar sebanyak 148.000.369, padahal pada pemilu pemilu sebelumnya prosentase golongan ini paling tinggi hanya berkisar diantara angka 10 %, kemenangan tersebut kembali diteruskan dibeberapa ajang PILKADA, hingga terakhir di PILKADA Jawa timur mereka kembali mencapai kemenangan mutlak dengan prosentase diatas 40 %, berdasarkan data diatas ditambah dengan beberapa elemen pendukung, seperti seruan langsung untuk golput oleh tokoh bangsa semacam Gus Dur dan beberapa pihak yang kecewa karena gagal dalam usahanya meng-goal-kan calon independent, juga semakin meningkatnya kekecewaan akan figur figur calon legislatif yang muncul dan krisis kepercayaan yang terjadi terhadap partai partai yang ada, menjadikan banyak pihak memperkirakan bahwa golongan ini akan semakin membludak simpatisannya di pemilu 2009 yang akan datang.

Golput di era orde baru dan reformasi

Dalam realitas terakhir Golput sendiri mengalami perluasan makna menjadi lebih umum dan kompleks dibanding awal kemunculannya di era orde baru, kala itu golput sekedar sebuah gerakan protes terhadap kebijakan pemerintah yang berkuasa, dimana beberapa cendekiawan muda menganggap demokrasi telah dikebiri dan akhirnya melakukan protes politik dengan mengimbau agar mencoblos bagian putih dari kertas suara (tidak mencoblos tanda gambar partai), namun di era reformasi sekarang ini mereka yang disebut golongan putih atau "no voting decision" adalah semua pihak yang memilih untuk tidak memilih semua partai atau kontestan pemilihan umum dengan alasan apapun, baik karena alasan teknis maupun kesalahan administratif, atau memang dengan sengaja tidak memakai hak pilihnya karena sebab dan alasan tertentu, cara yang digunakan juga beragam, salah satunya apabila seorang pemilih berkeputusan untuk tidak hadir saat prosesi pemilihan, meskipun sudah terdaftar didalamnya, maka hal ini dianggap golput, atau hadir dengan mencoblos bagian putih kertas suara atau mencoblos tanda gambar lebih dari satu partai maka hal ini menjadikan kertas suara rusak dan tidak sah, dalam metode ini golput tetap hadir dan mengikuti proses pemilu, kemudian sebagian mereka bahkan ada yang tidak terdaftar sebagai pemilih sejak awal, karena menolak ditulis dan dicantumkan namanya saat pendataan pemilih.

Golput ; gerakan moral, politik dan isu keagamaan

Ketika Gus Dur menyerukan para pendukungnya untuk golput pada pemilu 2009 nanti, banyak pihak berpendapat bahwa hal tersebut tidak akan banyak memberikan pengaruh, dengan asumsi latar belakang yang melandasi seruan tersebut muncul karena personal clash, dan rakyat dianggap sudah cerdas untuk tidak mengikuti ajakan tersebut, namun setahap demi setahap isu tersebut terus berkembang dan diperbincangkan, semakin meluas dalam sebuah koridor bentuk protes pada demokrasi yang sementara ini berlangsung, atau jika bisa lebih spesifik hal itu merupakan bahasa kekecewaan terhadap partai partai dan personal yang ada didalamnya. Golput muncul dari sebuah realitas humanis, gerakan moral akibat sebuah stagnanisasi dari lika liku demokrasi, rasa kecewa bahwa berlangsungnya pemilu sekalipun tidak lagi dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan bangsa kearah yang lebih baik.

Isu politik bangsa Indonesia semakin menghangat saat ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, membuat pernyataan politis mendesak Majelis Ulama Indonesia atau disingkat MUI agar mengeluarkan fatwa haram Golput, yang notabene merupakan salah satu realitas berdemokrasi di Indonesia, pro dan kontra langsung bermunculan menanggapi masalah tersebut, dan pada puncaknya fatwa haram itu akhirnya tetap keluar, Golput sebagai realitas humanis telah dimasukkan kedalam lahan kajian agama, dan mendapat label negatif dengan predikat haram sebagai justifikasinya. Sungguh sangat ironis, saat wacana golput yang pertama kali muncul sebagai suatu respon positif terhadap sebuah sistem negatif yang sedang berlangsung, kini mulai diputar-balikkan posisinya demi sebuah kepentingan politik, jumlah simpatisan golput yang cukup besar tentu saja merupakan objek paling menggiurkan untuk diperebutkan bagi partai partai peserta pemilu, dan tidak dapat dipungkiri bahwa isu isu agama dianggap metode paling relevan untuk menarik simpatisan golongan ini agar kembali menggunakan hak pilihnya.

Golput merupakan sebuah dosa politik

Seiring bergulirnya waktu menjelang pemilu 2009 yang tinggal hitungan bulan, para partai kontestan pemilu juga semakin giat dalam melakukan segala upaya untuk merebut simpati massa, bukan hanya janji manis yang diobral, bahkan wacana wacana negatif juga turut dilemparkan untuk menjatuhkan lawan politiknya, golput sebagai golongan yang memiliki simpatisan tertinggi juga tidak luput dari serangan serangan wacana yang dilontarkan oleh beberapa pihak, hingga mencapai klimaksnya ketika MUI mengelurkan fatwa tentang kewajiban menggunakan hak pilih atau lebih popular dengan istilah fatwa haram golput , dengan menggunakan landasan tersebut bisa kita tafsirkan bahwa golput merupakan sebuah dosa politik didalam pesta demokrasi.

MUI mengklaim bahwa Fatwa haram keluar dengan alasan untuk mendorong partisipasi masyarakat, khususnya umat islam agar terlibat dalam pemilu yang merupakan wahana memilih pemimpin yang dalam perspektif agama hukumnya adalah wajib, saya tidak ingin panjang lebar mendebat fatwa tersebut, karena jika kita berbicara menggunakan sudut pandang undang undang didalam sebuah Negara, maka memilih dalam pemilu adalah hak konstitusional semua warga Negara yang telah memenuhi syarat, dalam hal ini pemerintah juga telah membikin peraturan peraturan yang berkaitan dengan pemilihan itu sendiri, dan disana tidak tercantum peraturan yang menyebutkan warga Negara dilarang untuk golput, atau diberi sanksi karenanya, sebab memilih merupakan hak, dan bukan sebuah kewajiban, maka jika dilihat dari kacamata politik maka terasa sangat lucu ketika muncul sebuah fatwa bahwa golput itu haram.

Golput bukan solusi, dia adalah fenomena dalam demokrasi

Saya sepakat dengan semua pihak yang menyatakan bahwa Golput bukanlah sebuah solusi praktis, karena jika kita memakai perhitungan matematis, sebanyak apapun masyarakat yang golput tetap saja jumlah anggota DPR tidak berubah, presiden masih terpilih dengan perolehan suara terbanyak, pemilu tetap berjalan dengan warna-warninya dan menghasilkan pemimpin pemimpin untuk kurun waktu lima tahun kedepan, maka jika terdapat pihak yang tidak menggunakan hak pilihnya dengan asumsi bahwa dia dapat mempengaruhi jalan dan hasil pemilu, tentu itu sebuah kesalahan berpikir yang besar, akan tetapi satu hal yang pasti, bahwa keberadaan golput adalah sebuah fenomena dalam sistem demokrasi, dimana eksistensinya tidak dapat dapat dipungkiri, meski secara sistematis dia tidak memberikan pengaruh pada hasil pemilu, akan tetapi gerakan ini dapat memberikan tekanan moril dan sebuah bukti bahwa terdapat kesalahan pada metode demokrasi yang diterapkan atau dalam pelaksanaannya, dan jika jumlah golput sangat signifikan tentunya dia mampu menciptakan opini lemahnya legalitas partai atau person pemenang pemilu.

Bukan golput yang menjadi masalah, tapi sistem dalam negara ini yang harus diperbaiki dan dirubah, golput merupakan orasi diam dalam demonstrasi menghadapi kesalahan dan kerancauan yang terjadi, dimana saat partai partai didirikan hanya untuk mengusung kepentingan peribadi sebagai kendaraan menjadi pemimpin negeri ini, dikala baliho baliho terpampang dengan megah berisi visi misi tiada berisi, dan setelah rutinitas lima tahunan itu berakhir, kondisi rakyat masih tetap sama yaitu sengsara.

Golput bukanlah karena mereka bodoh, atau acuh tak acuh dengan kondisi bangsa ini, tapi dia merupakan bahasa tanpa suara yang sedang menunggu bukti akan janji para elite politik yang selalu berteriak atas nama rakyat, yang tiba tiba diam saat sudah menjadi penguasa, jadi siapa yang salah jika pada pemilu yang akan datang, sebagian besar rakyat akan kembali menjadikan Golput sebagai pilihan ???

Agassa Salama
Akhir mahattah H-8, 12 maret 2009.

Selengkapnya......

Wednesday 1 April 2009

Maryamah Karpov - Andrea Hirata


Buku Andrea Hirata yang terakhir dari tetralogi Laskar Pelangi ini bercerita tentang kehidupan Ikal di kampung halamannya sepulang dari Soborne.

Dengan membawa kerinduan mendalam kepada ayah yang sangat dikagumi dan dicintainya, Ikal menumpang kapal yang jauh dari nyaman dan aman dari Jakarta menuju pulau Belitong. Ikal kembali pada kehidupan lamanya sebagai warga Belitong yang mayoritas terpuruk setelah pabrik timah di Belitong gulung tikar. Dimana mana ditemukan kemiskinan dan keterpurukan. Bukan hal baru sebenarnya buat Ikal, karena ia dibesarkan disana dan tumbuh dalam strata terendah masyarakat Belitong. Namun karena ia baru saja menghabiskan beberapa tahun di luar negeri, dimana semua serba tertata dan indah, kembali kedesa membawa kepedihan sendiri dihatinya. Apalagi sepulang dari pendidikan di luar negeri, tidak mudah bagi Ikal untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Sindiran ibunya untuk segera bekerja dan menikah kadang membuat Ikal gerah. Dalam bab-bab terakhir diceritakan, karena ingin mengumpulkan uang untuk membeli kapal guna menemukan A Ling, cinta pertamanya, Ikal rela menjadi kuli dan bekerja apa saja tapi hasil yang didapatkannya tidak memadai..>

ebook's file : DJVU

buat download klik dibawah ini :
bagian 1
bagian 2
bagian 3
bagian 4

Selengkapnya......

Tree Without Roots (Pohon Tanpa Akar)


oleh : Syed Waliullah
Kemiskinan adalah gejala sosial yang sangat potensial untuk melahirkan berbagai bentuk keberingasan sosial dan perilaku saling membunuh. Terlebih lagi jika dimatangkan oleh padatnya penduduk, kurang tersedianya lahan yang subur untuk menyuapi mulut mereka, serta bencana alam.

Namun, di lain pihak, keadaan seperti itu juga sering mendorong manusia untuk melarikan diri ke bidang agama, sampai taraf kecanduan atau fanatik. Majid, tokoh utama novel ini, justru memanfaatkan "kelemahan massa" ini untuk kepentingan pribadinya. Apa yang terjadi kemudian? Silahkan simak sendiri novel yang amat memikat ini, yang ditulis oleh penulis Bangladesh terkemuka, Syed Wiliullah.

Pohon Tanpa Akar, suatu cermin yang amat jelas memantulkan wajah-wajah manusia yang dilanda penderitaan dan kesengsaraan.

scan by BBSC

download

Selengkapnya......

Antara Dua Batas


Sinopsis Buku:
Sejarah mencatat betapa curam jurang yang memisahkan antara masyarakat Hindu dan Islam hingga hari ini. Perhatikan saja, misalnya, hubungan yang kian memanas antara Indian dan Pakistan. Masalah Kashmir, yang sebagian diduduki oleh tentara Pakistan dan sebagian oleh tentara India, sampai kini juga belum dapat diselesaikan. Malahan bentrokan berdarah masih terdengar dari sana, antara penduduk yang beragama Islam dan tentara India.

Scan by BBSC

download

Selengkapnya......

Kontrak Sosial (Social Contract)


by : J J Rousseau
Kontrak Sosial (Social Contract) adalah kitab suci ilmu politik dewasa ini. Buku ini bertanggungjawab akan banyaknya kepercayaan dalam ilmu politik modern dan juga bagi perkembangan moral serta intelektual. Kontak Sosial merupakan karya cipta bersama dari pergaulan polik, membentuk serta membatasi praktek politik dengan menyediakan sarana yang kita pergunakan, dan dengan sadar atau tidak ia merumuskan permasalahan sosial dan memahami apa yang sedang dikerjakan. Kontak sosial bukan hanya suatu penafsiran tentang prilaku politik. Ia adalah suatu aspek yang menjadikan perilaku itu ada.

scan by BBSC, ebook's file ; djvu

download

Selengkapnya......