Banyak orang gagal tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan saat mereka menyerah . T A Edison.

Friday 11 July 2008

Mansura ( Catatan summer 2008 )


Mencoba untuk lebih mengenal kehidupan dengan segala pernak perniknya, berusaha untuk menguak misteri misteri yang ada dan terjadi pada diri kita, serta sedapat mungkin membaca segala sesuatu dengan sudut pandang yang variatif guna menembus sekat sekat keterbatasan akal agar dapat lebih mengenal dan mengerti bahwa seribu kemungkinan selalu ada disetiap sisi dialur cerita dalam perjalanan hidup di dunia.

Ramsis adalah pusat Transportasi yang terletak di jantung kota kairo, dimana terdapat sebuah terminal kereta yang mungkin terbesar di negeri para nabi, dari namanya saja sudah terlintas di pikiran kita akan seorang raja di zaman mesir kuno yang mengatur negeri ini dengan kediktatorannya, sebuah pencerminan bahwa tempat ini juga merupakan tempat pengaturan utama jalan masuk dan keluar kota kairo. Siang itu aku ditemani seorang teman berjalan hilir mudik di sana, mencari sebuah kendaraan untuk dapat mengantarkan kami ke daerah daqahliya, tepatnya di kota mansura yang merupakan tujuan perjalanan kami selanjutnya dalam mengarungi summer’s holiday tahun ini.

Setelah kurang lebih 2 jam kendaraan eltramco yang kami tumpangi melaju, akhirnya kami mendapatkan sebuah kalimat sambutan terpampang diatas jalan yang berbunyi “selamat datang di propinsi daqahliya”. Panorama alam luar biasa indahnya selalu menemani kami sepanjang perjalanan kala itu, dimana sungai dan sawah yang merupakan dua sentral kehidupan manusia menghiasi sepanjang sisi ruas jalan, yang mana hal itu sempat membuat anganku menerawang menghempaskan alam pikiranku kembali ke beberapa tahun silam, di sebuah negeri nan jauh di ufuk timur dengan pemandangan yang hampir tak terdapat perbedaan dalam suasana khas pedesaan.

Mansura adalah ibu kota dari propinsi daqahliya yang terletak kurang lebih 55 kilometer dari kota zaqziq, tempat yang aku singgahi sebelum ini dalam rangkaian agenda liburan masim panasku, merupakan salah satu kota besar yang terdapat di Mesir selain Kairo dan Iskandaria, cukup indah dengan tata letak kota yang lumayan rapi ditambah dengan terdapatnya sungai nil yang membelah kota ini, menjadikan suasana lebih romantis didukung oleh para gadisnya yang terkenal sangat cantik, dalam sejarahnya kota ini di buat oleh sultan Malik el Kamil tahun 1221 untuk menggantikan posisi kota Damietta yang jatuh ketangan orang Kristen dalam rangkaian perang salib, El-mansura sendiri memiliki arti victorius atau kemenangan.

Universitas Mansura adalah universitas terbesar si kota ini, terletak di pinggir sungai nil di pusat kota, dengan tata letak dan gaya bangunan modern dengan format bangunan yang mengelilingi sebuah taman besar, sebagian besar mahasiswa asing yang belajar disana berasal dari Malaysia dan mengambil fakultas kedokteran, mahasiswa Indonesia sendiri hampir semuanya kuliah di Universita Al-azhar Mansura yang hanya memiliki dua fakultas yaitu bahasa dan Theologi, selama hampir satu minggu aku menghabiskan waktuku untuk menikmati keindahan kota ini, jalan jalan, mancing ikan di sungai nil dan nogkrong sambil makan es cream merupakan rutinitasku,dan selama disana aku sendiri tinggal di rumah temanku seorang mahasiswa universitas Al-azhar yang berasal dari aceh.

Jantung ini terus bergetar kencang Selama perjalanan pulang dari Mansura, tidak lain di sisiku duduk dengan manisnya seorang gadis mesir berpakaian merah yang dikombinasikan dengan warna putih elegan, kalau tidak mengingat adat di mesir yang agak konservatif dan meninggikan derajat wanita ingin rasanya aku menyapa dan menanyakan namanya, tapi saat itu otakku masih normal dan tidak mungkin untuk mengambil resiko di damprat penumpang lain atau gadis itu sendiri karena dianggap tidak sopan, lagian hitung hitung turut menjaga martabat mahasiswa Indonesia juga yang telah terkenal dengan sebutan ahsan an-nas ( sebaik baiknya manusia ) disini.

Yesterday is a history, tomorrow is a mystery, today is a gift, that’s why we call it present. Perjalanan kita dalam hidup ini tidak akan pernah berakhir dan akan terus bergerak seiring dengan berputarnya waktu dalam sebuah dinamika yang tidak mampu kita tebak kemana arahnya, yang dapat kita lakukan hanya berusaha untuk menikmati hidup dengan menjadikannya bermanfaat dalam setiap alur yang ada, pantang menyerah ketika dihadapkan dengan rintangan rintangan yang menghiasinya, sekaligus mencoba untuk menemukan dan membuat perihal yang akan menjadikan kita terus eksist meski sang ruh telah meninggalkan raga. Aku jadi teringat beberapa kata yang dapat mempresentasikan kalimat mutiara diatas dalam novel sang pemimpi karya Andrea Hirata, bahwa janganlah kamu berusaha mendahului taqdirmu dengan bersifat pesimis, lakukanlah yang terbaik yang dapat kamu lakukan saat ini, entah apa yang terjadi pada kita esok hari bukanlah bagian kita untuk memutuskannya, tapi satu hal yang harus kita ingat bahwa kita dapat membuat perubahan di esok hari dengan melakukan yang terbaik hari ini.


Kairo, 2008-07-10
Sambil mata terkantuk kantuk sehabis subuh.

0 comments: