WASRIPIN naik bus dari sebuah jalan tol di Jakarta pagi-pagi sekali. Ia tidak bodoh, ia juga makan sekolahan. Sudah lama dipelajarinya bahwa pertama-tama ia harus mengambil jurusan Jakarta-Cirebon. Di beberapa tempat memang ia sudah melihat pantai. Tetapi ia tahu bukan itulah tujuannya. Tujuannya adalah pantai utara Jawa Tengah sebelah barat. Kemudian ia mengambil bus Cirebon-Semarang. ia mendapat tempat duduk. Untuk dua kali naik bus itu dengan rela ia memberikan kekayaan di saku kanan-kirinya sebelah atas, yang didapatnya dari pocokan membecak, mendorong-dorong mobil mogok, dan membantu-bantu orang memperbaiki rumah. Uang itu disimpannya sendiri, sebab ia tahu emak angkatnya merasa berhak atas uang yang didapatnya. "Turun mana?" tanya kondektur bus Cirebon-Semarang yang melilitkan tas di pinggangnya. "Nanti saya bilang," kata Wasripin. Tanpa bertanya lagi kondektur memasukkan uang ke tas. Karcis tidak diberikan, mungkin karena tujuannya tak jelas atau memang sengaja demikian sebagai bonus untuk awak bus. Tidak apa, Wasripin bahkan tidak tahu bahwa seharusnya dia menerima karcis.
download
download
0 comments:
Post a Comment